Reqqa Khuzaema Athira
Vancy sedang libur sekolah. Namun tidak seperti libur biasanya, kali ini dia tampak bosan karna kedua orang tuanya harus bekerja dan tidak bisa membawanya jalan-jalan.
“Duh, bosen, nih, di rumah terus,” gerutu Vancy. “Rasanya pengin banget makan spons cake, deh.”
Tok, tok, tok! Terdengar suara ketukan pintu.
“Masuk, ” jawab Vancy.
“Vancy, kamu pasti bosen, ya,” kata Kak Vina.
“Jangan ditanya lagi, deh, Kak,” sahut Vancy.
“Eh, adikku manis, jangan manyun gitu, dong. Kakak ada kegiatan buat kamu,” kata kak Vina.
“Pasti bantuin bikin tugas prakarya, atau bantuin bikin video buat tugas,” tebak Vancy.
“Yeee … bukan, kali,” sahut Kak Vina.
“Terus apa, dong?” kata Vancy yang makin penasaran.
“Nih, lihat,” kata Kak Vina.
“Wah, resep kue! Kita bikin kue, ya, Kak?” tebak Vancy.
“Yups! Tapi, kue ini beda dari biasanya,” jawab kak Vina.
“Wah, kue spesial, ya, Kak?” tanya Vancy. “Kalau gitu, kita bikin sekarang, yuk!”
“Ehm, nanti sore aja, deh, Dik,” kata Kak Vina.
“Ihhh, Kakak … Sekarang aja, dong,” pinta Vancy.
“Maaf, ya, Dik, Kakak ada tugas.”
“Huh, kalau gitu, tadi jangan langsung ngasih tahu. Kan, aku jadi pensaran,” kata Vancy sebal.
“Iya, deh, Kakak minta maaf, ya, Sayang,” kata kak Vina minta maaf.
Tiba-tiba terlintas ide di kepala Vancy. “Kak, aku minjem resepnya, dong!”
“Lho, buat apa?” tanya Kak Vina.
“Pokoknya, aku mau pinjem,” tegas Vancy.
“Ya sudah, nih, resepnya. Jangan sampai hilang, ya.” Kak Vina pun keluar dari kamar.
Dengan lincah, Vancy mengendap-endap ke dapur. Di rumah, Vancy tidak diizinkan ke dapur kecuali ada yang menemani.
“Hm, bahan-bahannya tepung, telur, susu, mentega, self–raising flour, keju, madu, 1 sendok gula dan sejumput garam … Oke, bahannya sudah lengkap. Saatnya memasak!”
Vancy mengenakan celemek berwarna biru dan sarung tangan plastik. Dia mulai memasukkan bahan bahan ke dalam wadah berukuran sedang.
“Hmm, langkah selanjutnya, diamkan selama 10 menit. Sambil nunggu, aku mending ngapain, ya? Ah, nonton TV aja, deh!”
Vancy berjalan ke ruang tamu dan menyalakan TV. 15 menit kemudian …
“Hi-hi-hi, lucu juga kartunnya!” seru Vancy. “Eh, bentar, deh. Ini udah berapa menit? Hah, udah 15 menit! Duh, kuenya gimana, nih?”
Dengan buru-buru, Vancy berlari ke dapur. “Hah … untung aja kuenya enggak kenapa-kenapa. Hmm, langkah selanjutnya, masukkan ke dalam oven.” Dengan cekatan dia memasukkan adonan kue ke loyang.
“Hmm, masukkan ke oven selama 30 menit,” ucapnya sambil membaca kertas resep. Ia menyalakan oven dan memasukkan adonan kue ke dalam oven. “Hmm, sambil nunggu enaknya ngapain, ya? Ah, aku siapin topping sama es krim aja, deh, buat pelengkap. Es krimnya rasa vanila sama cokelat, topping-nya kacang, sama bubuk oreo. Eh, sama marshmellow juga, deh.”
Tiba-tiba saja terdengar suara teeet, teeet!
“Eh, suara apaan, tuh? Suaranya dari oven. Mungkin, kuenya udah matang,” pikir Vancy. Dia mematikan oven dan mengambil kue dari dalam oven.
“Hah? Kok, gini? Kakak …!” teriak Vancy.
“Ada apa, Dik?” tanya Kak Vina.
“Gini, aku udah coba bikin kue dari resep yang Kakak kasih tadi, tapi kok hasilnya malah gini, sih?” kata Vancy kaget.
“Wah, kue kamu bantet!” kata Kak Vina.
“Terus gimana, dong, Kak?” tanya Vancy.
“Kamu masukin apa aja?” tanya kak Vina.
“Aku masukin semua bahan sesuai resep Kakak,” jawab Vancy.
“Hmm, telurnya kamu ambil yang masih dingin atau yang biasa?” tanya kak Vina.
“Ehmm, tadi aku ambil dari freezer, biar kuenya dingin, Kak. Kan, enak kalau makan kue dingin gitu,” jawab Vancy.
“Vancy adikku, lain kali jangan pakai telur dingin, karena kuenya bisa bantet,” terang kak Vina.
“Yah, kalau gitu aku gagal bikin kue, dong?”
“Ya sudah, gini aja. Gimana kalau kita bikin lagi?” ajak Kak Vina.
“Wah, beneran, Kak?” tanya Vancy.
“Iya,” jawab Kak Vina.
“Kak, maafin aku, ya, tadi enggak bilang-bilang mau bikin kue, terus enggak nunggu Kakak dulu,” sesal Vancy.
“Iya, enggak apa-apa, kok. Ini bisa jadi pelajaran buat kamu,” jawab Kak Vina. “Kita siapin bahan-bahannya dulu, ya.”
Dengan cekatan, Vancy mengambil bahan bahan dari lemari dan freezer. “Sudah, Kak!” kata Vancy.
“Nah, sekarang kamu masukin bahan-bahannya satu persatu,” perintah Kak Vina.
Vancy memasukkan semua bahan ke dalam wadah dengan hati-hati. “Sudah, Kak.”
“Terus, kita kocok telurnya. Ingat, sampai mengembang, ya” pesan Kak Vina.
“Ohhh …, oke!” jawab Vancy.
“Nah, sekarang masukin menteganya,” kata Kak Vina. Vancy memerhatikan kak Vina dengan saksama. “Abis ini, masukkan self–raising flour, cuma satu sendok teh saja, ya.”
“Oh … aku kira satu sendok makan,” kata Vancy.
“Sekarang, kita nyalakan ovennya,” lanjut Kak Vina. Vancy mengangguk dan menyalakan oven. “Ingat, pakai api sedang, ya, jangan gede-gede,” pesan kak Vina.
Setelah itu, Kak Vina memasukkan adonan ke dalam loyang.
“Kak, aku yang masukin ke dalam oven, ya” pinta Vancy. Kak Vina mengangguk. Vancy memasukkan loyang ke dalam oven.
“Nah, sekarang kita tunggu selama 30 menit,” kata Kak Vina.
“Eh, Kak, bukannya kuenya harus didiamin dulu selama 10 menit?” kata Vancy bingung.
“Oh, itu. Hi-hi-hi itu jawaban tugas Kakak. Waktu itu, enggak ada kertas, jadi Kakak tulis di kertas resep, deh. Maaf, ya.”
“Huh, kirain adonannya didiemin,” kata Vancy kesal.
“Hi-hi-hi … maaf, ya. Sudah, kita siapin topping dan pelengkapnya dulu,” kata kak Vina.
“Eh, iya, tadi aku naruh es krim di meja,” kata Vancy. “Yaaah … es krimnya leleh, deh, gara-gara aku,” sesal Vancy.
“Udah, enggak apa-apa, kok, Kakak masih punya es krim,” kata kak Vina.
Tak lama kemudian …
Teeet, teeet!
“Eh, udah mateng, tuh, kuenya. Kakak ambil dulu, ya” kata Kak Vina.
“Wah! Kuenya berhasil!” seru Vancy ketika melihat kue yang dibawa Kak Vina.
“Ayo, Kak, kita hias!” ajak Vancy.
Mereka meletakkan potongan kue di atas piring. Tak lupa, 3 scoop es krim sebagai pelengkap, dan lelehan saus blueberry.
“Hmmm, pasti enak. Aku cobain, ah” kata Vancy. “Hmmm … wah, enak banget kuenya, lembut banget! Kak, apa nama kuenya?”
“Ehm, enggak tahu, sih. Waktu Kakak nanya sama temen Kakak, dia juga enggak tahu,” jawab Kak Vina.
“Hmmm, gimana kalau …” Vancy berpikir. “Fluffy fluffy cake!”
“Wah, bener, tuh!”
“Oh iya, Kak, lusa nanti sekolahku bakal ngadain bazar. Aku bingung mau jual apa, jadi gimana kalau aku bikin ini aja?” kata Vancy.
“Wah, ide bagus!” sahut Kak Vina.
“Ya sudah, Kak, besok aku ajak temanku ke sini,” kata Vancy.
Keesokan harinya di sekolah …
“Zia, pulang sekolah, kamu mampir ke rumahku, ya” pinta Vancy.
“Lho, ada apa?” kata Zia bingung.
“Itu, lho, buat bazar besok,” terang Vancy.
Sepulang sekolah …
“Assalamu ‘alaikum, aku pulang!” kata Vancy mengucapkan salam.
“Eh, kalian, akhirnya pulang juga. Yuk, masuk!” ajak Kak Vina.
“Kak, ayo kita bikin kue! Aku enggak sabar, nih” kata Zia.
“Oke, ayo kita bikin kue,” kata kak Vina. “Nah, kalian pakai celemek dan sarung tangan plastik ini, ya.”
Setelah itu, mereka mulai membuat kue.
“Nah, kuenya sudah matang. Sekarang, kita masukkan ke dalam freezer,” kata kak Vina.
“Hah, kenapa, Kak?’ tanya Vancy dan Zia.
“Kata teman Kakak, kalau dimasukkan ke freezer, kuenya jadi lebih lembut. Tapi, jangan sampai terlalu dingin, nanti kuenya malah jadi beku,” terang kak Vina.
“Oh … gitu,” kata Vancy dan Zia berbarengan.
“Nah, kalau gitu, mending kalian istirahat, supaya besok enggak kecapean,” kata kak Vina mengingatkan.
“Ehm, kalau gitu aku pamit, ya,” kata Zia.
“Jangan lupa besok, ya!” kata Vancy.
“Oke, bye!” jawab Zia.
Keesokan harinya …
Vancy dan Zia berjalan menuju stan. “Nah, kita nanti jualan di sini,” kata Zia.
“Oke, yuk, kita beres-beres,” ajak Vancy.
30 menit kemudian, acara pembukaan bazar dimulai. Pak Kepala Sekolah memberi tahu bahwa stan dengan barang paling unik dan paling laris akan menjadi pemenang pada acara ini. Setelah penyambutan, semua peserta bazar dipersilakan untuk kembali ke stand masing-masing.
Tak lama setelah itu, bazar pun dibuka. Satu persatu anak mulai berdatangan. Bahkan, stan milik Vancy dan Zia laris manis.
“Wah … kita punya banyak pelanggan!” seru Zia.
“Aku enggak nyangka bisa laris manis gini,” kata Vancy.
Ketika acara selesai, Pak Kepala Sekolah mengumumkan bahwa …
“Pemenang acara Bazar Ceria … saya ucapkan selamat kepada … Vancy dan Zia, dengan produk jualan yaitu Fluffy Fluffy Cake!”
Dengan bangga, Vancy dan Zia maju ke atas panggung. Mereka mendapat trofi dan uang tunai. Keduanya sama sekali tidak menyangka akan menang. Hari itu adalah hari yang menyenangkan bagi Vancy dan Zia.
Profil Penulis

Hai, namaku Reqqa Khuzaema Athira. Aku lahir di Tabalong, tanggal 6 Juli 2009. Orangtuaku bernama Ali Mua’ammar Z.A. dan Raihatul Jannah. Aku anak pertama dari dua bersaudara. Aku tinggal di provinsi Kalimantan Selatan, tepatnya di kota Banjarmasin. Aku bersekolah di SDN Kebun Bunga 6, kelas V. Hobiku membaca, bermain komputer, internetan, main game, menulis, pramuka, dan jalan jalan. Cita-citaku menjadi penulis, programmer, script writer, traveler, guru, qori internasional, membangun sekolah, produser, sutradara, dan masuk surga tertinggi yakni Al Firdaus. Kalau ingin berkenalan denganku, bisa lewat Instagram-ku yaitu @khuzaema.world, atau e-mail ku rqqathira9979@gmail.com dan rkAthira6709@gmail.com