Sehari sebelum hari festival ulang tahun sekolah, semua anak sudah bersiap dengan segala keperluan masing-masing untuk mengikuti berbagai macam lomba. Ada lomba menggambar, mewarnai, menyanyi, menghias kelas, pidato, dance, masih banyak lagi, termasuk lomba bela diri karate dan taekwondo. Pada hari ini di aula sekolah, anak-anak yang akan mengikuti pertandingan bela diri taekwondo dikumpulkan pukul 16:00. Saboeum akan memastikan bahwa anak-anak didik ekskul taekwondo-nya tersebut masih sehat, semangat dan penuh energi untuk besok. Ia kembali mengulang semua pelajaran yang akan dijadikan materi lomba,
Aku duduk di samping aula sambil terus melihat adikku yang penuh semangat. Sambil duduk aku melahap sepotong roti yang masih menjadi sisa bekalku dari rumah tadi siang. Abyan dengan semangat berlatih, mengikuti gerakan saboeum dengan penuh antusias. Abyan juga mencoba untuk mengingat-ingat kembali pelajaran yang sudah diberikan, agar bisa menguasai semua gerakan-gerakan taekwondo yang telah diajarkan.
Festival Ulang Tahun Sekolah juga akan diikuti oleh beberapa sekolah yang ada di kotaku. Jadi semakin menambah seru acaranya nanti. Anak-anak peserta lomba jadi makin terpacu untuk memberikan yang terbaik.
“Pokoknya, yang akan jadi perwakilan sekolah kita untuk dikirim ke pertandingan taekwondo tingkat kota nanti itu harus aku! Gak boleh Abyan! Aku harus melakukan sesuatu agar Abyan yang sok tahu itu tidak jadi ikut lomba. Karena selama ini, aku lihat, teknik bela diri Abyan jadi semakin bagus, ah.., aku tidak boleh kalah. Aku harus lebih baik daripada si anak bodoh itu! Hhmm…, aku puny ide cemerlang!” seru Ryan dalam hatinya.
“Siapapun perwakilannya nanti, pokoknya sekolah kita harus menjadi yang terbaik dan berhasil memenangkan lomba ini, untuk dilombakan tingkat kota. Tujuan kita satu, siapapun perwakilannya, kita harus saling menghargai, karena tujuan kita semua adalah membanggakan sekolah ini. Setuju?” ujar saboeum.
“SETUJU….!” jawab anak-anak.
Kemudian, mereka kembali berlatih. Setelah 30 menit kemudian, mereka pulang ke rumah masing-masing. Aku segera menghampiri Abyan yang masih saja berbincang-bincang dengan saboeum, pelatih taekwondo-nya.
“Abyan, pertahankan gerakanmu dan siapkan mental juga fisikmu untuk besok! Saboeum yakin, Abyan akan membanggakan sekolah kita dan membuat sekolah kita ini menjadi juara, dan masuk ke tahap lomba tingkat kota!” seru saboeum sambil mencubit pipi Abyan yang gembul.
“Iya, saboeum! Saya akan pertahankan semua itu!” jawab Abyan bangga.
Aku mendekati ke tempat Abyan dan saboeum sedang berbincang. Aku mengajak Abyan pulang. Setelah pamit kepada saboeum, kami berjalan menuju ke arah gerbang sekolah. Tetapi saat di depan gerbang sekolah…
“Eh, eh, tunggu, kak. Aku kebelet pipis nih! Tunggu, ya!” ujar Abyan sambil berlari menuju kamar mandi yang terletak di lantai 1 di dekat ruang Tata Usaha.
Aku hanya tertawa tipis, setelah itu duduk di kursi yang biasa digunakan para orang tua murid yang menunggu anaknya keluar dari sekolah atau menunggu untuk dijemput. Sambil duduk aku memandangi Abyan yang berlari masuk ke dalam lobby. Dalam hati, aku sangat bangga terhadap adikku, karena saat ini perlahan rasa percaya dirinya mulai timbul lagi. Abyan tidak lagi terpuruk dalam kesedihan karena kelainan diskalkulia yang dimilikinya. Karena ternyata masih ada bidang lain yang membuat dia bersemangat dan antusias. Semoga kelak ia bisa sukses dalam bidang yang ia minati.
Sementara itu di kamar mandi…
“Aaah, legaa..,” ujar Abyan sambil melangkah keluar kamar mandi, tapi…
“Well.. well.. well.. ini dia anak yang sok pinter taekwondo..,” sahut seseorang.
“Ryan? Ngapain kamu disini?” tanya Abyan dengan nada kaget.
“Hey, aku hanya mau ngasih tau kamu, nih, ya. Sekolah kita itu, sebenarnya enggak butuh anak sok jago bela diri kayak kamu! Sebenarnya, saboeum itu berbohong. Permainan kamu tuh jelek, saboeum hanya memuji-muji kamu agar kamu tidak minder lagi dan tidak mengatakan bahwa diri kamu bodoh. Haha, padahal sih, kamu memang bodoh sebenarnya! Saboeum itu tidak sepenuhnya memuji kamu dari hati, dia hanya berbohong agar kamu tidak minder lagi, saboeum juga tidak suka kamu! Sudah deh, lebih baik kamu menyerah saja dari perlombaan ini! Saboeum akan malu kalau punya murid sepertimu. Biarkan aku yang jadi perwakilan sekolah saat ke pertandingan tingkat kota nanti!” sahut Ryan dengan pandangan sinis.
“Hah? Bohong, kamu! Aku nggak percaya. Lagipula, siapapun yang terpilih nanti, itu kan menjadi satu tujuan kita bersama untuk membanggakan sekolah dalam lomba tingkat kota nanti,” seru Abyan dengan nada agak kesal.
“Sok bijak kamu! Sudah deh, pokoknya, kamu menyerah saja dari perlombaan ini kalau kamu tidak mau membuat malu kakakmu, keluargamu, saboeum dan sekolah ini. Biar aku yang menjadi perwakilannya. Hahaha…!” seru Ryan sambil melangkah meninggalkan Abyan.
Abyan langsung terdiam. Matanya terbelalak kaget. Seketika bimbang…
KRIIIING! KRIIING!
Aku terbangun di pagi ini pada pukul 04:45. Sesudah mandi dan sholat subuh, aku ingin menyuruh Abyan berlatih, mengulang gerakan-gerakan yang selama ini ia pelajari dan memantapkan teknik taekwondo yang akan dibawakan oleh Abyan, sebelum ia benar-benar melakukan perlombaan taekwondo pada hari ini. Aku pastikan, Abyan sudah siap dan sudah benar-benar bisa menguasai semua gerakan-gerakan taekwondo.
“Abyann, ini hari spesialmu! Ayo, bangun! Cepaatt..!” kataku berkali-kali.
Aku tahu, Abyan pasti akan sangat bersemangat hari ini, karena ini adalah hari spesialnya. Aku berkali-kali menarik mengguncang tubuh Abyan. Aku tahu, Abyan pasti sudah bangun, tapi berusaha bersembunyi lagi di balik selimutnya.
“Kak, aku batal aja deh, ikut lombanya..,” ujar Abyan dengan nada tidak bersemangat.
Aku terbelalak kaget. Lho, padahal kan kemarin dia sudah semangat ikut! Kemarin juga sudah latihan. Ada apa lagi ini? Wah, pasti apakah ada hal lain yang tidak aku ketahui? Tidak mungkin aku membatalkan kesempatan emas adikku untuk unjuk prestasi. Aku segera menarik tangan Abyan sampai akhirnya Abyan pun terduduk lemas di samping ranjangnya.
“Kenapa lagi, sih? Masalah sama Ryan waktu itu sudah selesai, kan? Kamu teringat kejadian itu lagi? Ada apa, sih dengan kamu, cerita saja sama kakak!” ujarku.
Perlahan, raut muka Anyan berubah sedih, seolah air matanya mau keluar. Aku langsung berlari menuju kamar Mama dan Papa, setelah itu menceritakan bahwa Abyan kembali ngambek dan tidak mau mengikuti perlombaan. Papa lalu mencoba membujuk Abyan.
Abyan tetap saja sedih.
Sudah hampir jam 07.30, Abyan belum juga mandi, belum sarapan dan bahkan ia belum mau beranjak dari tempat tidurnya. Abyan memintaku untuk membatalkan semua ini. Abyan minta namanya dicoret dari daftar para siswa taekwondo yang akan mengikuti perlombaan tersebut. Mama dan Papa terus membujuk Abyan untuk ikut, memberikan semangat pada Abyan. Tetapi, tampaknya kali ini tidak berhasil. Perlombaan taekwondo akan mulai jam 09.30. Kemarin, saboeum sempat bilang, untuk anak-anak taekwondo harus sudah hadir pada pukul 08:30. Sedangkan saat ini Abyan masih di rumah. Ya ampun, bagaimana ini?
“Hiks.. Hiks.. Sudahlah, Kak! Batalkan saja, batalkan!” seru Abyan.
Aku, Mama dan Papa langsung terdiam. Kami sudah tidak bisa melakukan apa-apa. Mengembalikan mood Abyan memang sangat sulit. Apalagi, sebentar lagi pertandingan dimulai. Akan ada review dari saboeum sebelum memulai pertandingan. Apakah memang aku terpaksa membatalkannya? Oooh…, Abyan…
“Yah.. Abyan, padahal ini kesempatan emasmu untuk menunjukkan bahwa prestasi tidak hanya dapat diraih dengan akademik, melainkan bisa dari non akademik juga..,” ujarku.
“Sudahlah, kak, mungkin benar kata temanku, aku memang bodoh.. Aku memang…..,” perkataan Abyan terhenti.
Terdengar dering handphone Mama…
Mama yang berada di dalam kamar Abyan mengambil handphone-nya yang terletak di sakunya. Tetapi, tiba-tiba matanya langsung terbelalak melihat siapa yang menelepon.
“Siapa, Ma?” tanya Papa.
“Sa-Saboeum!” jawab Mama.
Aku terbelalak. Kemudian Mama memberikan handphone-nya kepadaku, kemudian aku mengangkatnya. Aku segera menjawab panggilan dari saboeum.
“Halo, saboeum..,” ujarku.
“Hey, Alsa. Abyan-nya ada? Saboeum mau berbicara dengan Abyan..,” ujar saboeum.
Aku segera memberitahu Abyan, bahwa saboeum ingin berbicara dengannya. Awalnya Abyan tidak ingin berbicara dengan saboeum. Tapi, kemudian ia merasa tidak enak dengan gurunya sendiri. Akhirnya, Abyan bersedia berbicara dengan saboeum di telepon.
“Abyan? Dimana kamu? Teman-teman sudah menunggumu! Apakah kamu sibuk? Apakah sedang ada masalah? Mengapa kamu belum datang juga? Kamu harus registrasi ulang dulu, Abyan. Perlombaan akan dimulai!” seru saboeum dari seberang sana.
“Sa-saboeum. Aku gak mau ikut..,” jawab Abyan polos.
“Hah? Kok begitu? Kamu sakit? Sepertinya kemarin kamu semangat sekali..,” tanya saboeum keheranan.
“Sa-saboeum berbohong sama Abyan! Saboeum sebenarnya memuji Abyan pandai bukan karena Abyan pandai dalam gerakan taekwondo kan? Sebenarnya Abyan bodoh, tapi karena saboeum tidak mau Abyan minder, saboeum membohongi Abyan dengan pujian-pujian itu! Iya kan, saboeum? Hiks, hiks..,” isak tangis Abyan terdengar lagi.
“Apa? Saboeum berbohong sama Abyan tentang pujian-pujian itu? Ya ampun, Abyan, dari mana kamu mendapatkan informasi itu?!” ujar saboeum kaget.
“Ry-Ryan mengatakannya saboeum..,” ujar Abyan yang akhirnya berterus terang.
“Ya Allah. Berani-beraninya anak itu mem-fitnah saboeum. Hey, hey, Abyan! Yang dikatakan Ryan hanyalah sebuah perkataan konyol yang tidak boleh kamu percaya! Ryan hanya iri dengan semua kepandaianmu, sehingga ia ingin menjadi lebih baik darimu, tapi dengan cara yang salah! Abyan, sejujurnya saboeum memuji Abyan sepenuh hati, saboeum tidak pernah berbohong sama Abyan. Selama ini, saboeum selalu melihat Abyan dengan gerakan-gerakannya yang sangat baik. Abyan bukanlah anak yang bodoh, Abyan adalah seorang yang pandai! Dengar ya, Abyan, kamu adalah harapan sekolah ini, kamu harus ikut perlombaan ini. Ini adalah kesempatan emasmu membuktikan bahwa kamu adalah anak yang panda, bisa berprestasi! Berangkat ke sekolah sekarang, Abyan. Semangat, percaya diri, focus. Abyan yang pandai, saboeum menyayangimu..,” jelas saboeum panjang lebar.
Abyan terdiam. Kemudian ia menutup telpon dari saboeum.
“Berani-beraninya, Ryan mengadu domba aku dengan saboeum!!!” seru Abyan.
Abyan langsung berlari keluar kamarnya dengan penuh semangat. Aku, Mama dan Papa tersenyum melihat Abyan yang langsung bersemangat setelah mengetahui bahwa saboeum sebenarnya memuji Abyan dengan sepenuh hati.
“Ma, kalau Abyan telat gimana?” ujarku cemas.
“Tidak ada kata terlambat untuk mengejar impian..,” jawab Mama sambil tersenyum.
Pukul 09.15…
“Abyan mana, ya?” tanya Wiliam, salah satu anak taekwondo lainnya.
“Ah, sudahlah! Ayo tinggalkan dia! Per….,” Ryan langsung sinis menyahut.
“Ryan, stop!” ujar saboeum menegur Ryan dengan keras.
Ryan hanya menatap saboeum dengan penuh kemarahan. Dalam hatinya, Ryan sangat senang, karena ia berpikir rencananya akan berhasil. Detik demi detik berlalu, menit demi menit berlalu. Abyan belum juga sampai ke sekolah.
Jam sudah menunjukkan pukul 09.25. Akhirnya…
“Mari kita sambut, PESERTA TAEKWONDO DARI SD MANDIRI!” ujar pembawa acaranya hendak memperkenalkan para peserta taekwondo, teman-teman Abyan dari SD Mandiri.
“Hahaha, akhirnya rencanaku berhasil..,” seru Ryan dari dalam hati.
Saboeum sempat cemas, karena Abyan belum kunjung datang. Perlombaan sudah mau dimulai. Hingga akhirnya di menit-menit terakhir..
“TUNGGU! TUNGGU AKU!” teriak seseorang dari belakang panggung, yang kemudian ikut naik ke atas panggung.
Abyan! Saboeum langsung tersenyum lega melihat kedatangan murid kesayangannya. Ryan kaget, wajahnya langsung muram. Abyan menatap Ryan dengan wajah yang percaya diri. Perlombaan pun segera dimulai! Semangat, Abyan..! KAMU PASTI BISA..!
“Hey, hey, Abyan. Piala juara satunya diliatin terus. Tuh, sudah ditunggu sama Pak Anjas. Sana berangkat, selamat menempuh tingkat kota! Saboeum akan menyusul beberapa menit lagi,” seru saboeum.
Abyan meninggalkan pialanya tersebut di meja guru. Terpampang tulisan juara satu perlombaan taekwondo. Itu artinya, Abyan berhasil membawa harum nama sekolahnya untuk lolos dalam pertandingan tingkat kota. Dia tersenyum sebelum akhirnya bergegas ke luar ruangan.
Aku memandang Abyan yang berjalan mantap menuju mobil sekolah yang akan membawanya ke Kejuaraan Taekwondo Tingkat Kota. Jika Abyan menang, maka akan melaju ke tingkat provinsi, dan lanjut ke nasional.
“Abyan sayang, kamu berhasil membuktikan kepada kami semua. Pada aku, mama, papa dan teman-temanmu bahwa di balik kekurangan yang kamu miliki, ada kelebihan yang diberikan oleh Allah. Kekuranganmu sebagai anak diskalkulia, bisa kamu tutupi dengan kelebihanmu dalam bidang lain. Kamu telah membuktikan bahwa prestasi bukan hanya dalam bidang akademik, tetapi juga dalam bidang non akademik. Semangat terus ya, adikku sayang. Semoga kamu bisa juara. Aamiin..,” doaku dalam hati.
Aku jadi ingat minggu lalu, wajah berbinar mama dan papa saat Abyan membawa piala juara satunya ke rumah, sesaat setelah dia memenangkan lomba pada Festival Ulang Tahun Sekolah. Mama dan papa sangat bangga dan bersyukur kepada Allah. Seperti yang selalu aku ingatkan ke Abyan, bahwa untuk meraih prestasi tidak harus dari akademik. Mama dan papa juga tidak pernah memaksa Abyan untuk meraih nilai tertentu dalam tiap mata pelajaran atau jadi juara kelas. Juara tidak harus dengan angka. Apapun hasilnya, Abyan adalah juara di hati kami semua. Abyan yang selalu juara di hati mama dan selalu jadi juara untuk papa dan Alsa. Di setiap kekurangan pasti ada kelebihan yang dimiliki, selama kita tetap berusaha dan berdoa, segala sesuatu akan dapat diraih. Kamu akan tetap jadi Juara Hati Mama, Abyan…! Selamanya, sampai kapanpun.
Juara di hati kami semua…