Diandra Kalisa Putri
“Halina! Gara-gara pandemi, aku pengin beli banyak barang dari online shop. Untungnya, aku lebih memilih untuk menyimpan tabunganku,” jelas Farren melalui panggilan video.
“Kamu lihat barang-barang aesthetic dari internet, ya? Memang banyak, sih, yang menjual barang-barang lucu dan menarik!” balasku dengan semangat.
“Aesthetic? Seperti pernah dengar, tapi aku kurang paham, apa arti aesthetic, itu?”
“Aesthetic dalam bahasa Indonesia disebut estetika. Semacam ilmu yang membahas keindahan! Zaman sekarang, kata ‘aesthetic’ lumayan terkenal. Oh, iya, aku punya impian mendekorasi kamarku menjadi estetis. Kata mama, boleh saja, tapi butuh uang juga, sih. Bagaimana caranya menghasilkan uang sendiri, ya?” jelasku kepada Farren.
“Saranku, bagaimana kalau kamu mulai berbisnis saja? Kebetulan, kamu, kan, pandai mendesain!” balas Farren.
Itu adalah ide yang bagus! Aku akan membuat stiker dan mendesain semenarik mungkin agar tetap estetis. Kemudian, dicetak menggunakan kertas stiker berbahan vinil. Sekarang, kan, sedang ramai dibicarakan membuat catatan dan jurnal yang estetis. Biasanya, stiker estetis dibutuhkan untuk itu! Aku mendadak punya banyak ide, dan sangat bersemangat untuk memulai ini semua!
“Langsung desain sekarang saja. Kalau begitu, jangan tutup panggilan video ini, ya, aku ikut membantu. Kamu, kan, pernah bilang, kamu sendirian di rumah karena orangtuamu kerja,” kata Farren.
Oke! Agar impianku bisa terwujud, aku harus berusaha. Kalau ingin mewujudkan sesuatu, harus dengan doa. Tapi, selalu ada usaha di baliknya. Aku bergegas menuju kantor ayah yang terletak di lantai dua untuk membuat desain stiker, dibantu sahabatku, Farren. Pertama, aku mulai membuat desain terlebih dahulu.
Keesokan harinya, selesai membuat desain stiker estetis, aku mencetak sebanyak 30 boks stiker. Nama tokoku adalah ‘Aesthetical Store’. Semoga bisnisku ini bisa membuat semua impianku tercapai! Aamiin!
“Setelah diunggah melalui internet, jangan lupa juga promosikan agar banyak yang mendukung bisnismu. Aku juga akan bantu mempromosikannya!” ucap Farren, tersenyum lebar. Aku mempromosikan bisnisku dengan membuat video, lalu aku unggah melalui internet.
“Hai, Teman-Teman! Aku mempunyai bisnis berjualan stiker estetis hasil desainku. Kalian bisa telusuri ‘Aesthetical Store’ melalui internet untuk melihat foto produkku. Satu boks berisi empat puluh lima stiker. Harganya Rp4.000 tiap boks. Jangan lupa dibeli, ya!”
Beberapa menit kemudian, suara nada dering terdengar dari ponselku. Ternyata, ada panggilan telepon yang masuk. Aku yang sedang berada di meja belajar bergegas mengambil ponselku di kasur. Itu adalah panggilan telepon dari Allendra, teman sekolahku. Tanpa berpikir panjang, aku langsung mengangkat panggilan telepon itu.
“Hai, Halina! Aku Allendra, teman sekolahmu. Aku membeli stikermu sebanyak 24 empat boks. Untuk pembayarannya, aku kirim melalui rekening. Terima kasih!”
Aku sangat tidak menyangka dia membeli produkku dengan jumlah yang banyak. Aku akan langsung menelepon Farren dan menceritakan kabar gembira itu.
Beberapa menit setelah aku selesai mengemas rapi pesanan, aku bergegas mengantarkan pesanan Allendra ke rumahnya. Siapa lagi, ya, yang akan membeli produkku? Allendra masih pelanggan pertama, nih.
Keesokan harinya, Farren meneleponku lagi.
“Halina, tadi aku melihat unggahan Allendra di internet. Ada foto stiker dengan tulisan, ‘Hai! Aku menjual stiker aesthetic buatanku sendiri! Harganya Rp8.000 tiap boks. Jika ingin memesan, langsung hubungi nomor di bawah ini, ya!’ Stikernya serupa, seperti hasil desain yang kamu jual!” jelas Farren langsung kepadaku dengan suara panik.
Apa? Jangan-jangan, Allendra membeli banyak stikerku untuk dijual kembali dengan harga yang lebih tinggi? Aku langsung tersadar dan mulai panik, lalu bergegas mencari foto unggahan yang dimaksud Farren. Ternyata, benar kata Farren, ada unggahan itu di internet!
Namun, tiba-tiba ada tiga pesan berdatangan di waktu yang sama. Ternyata ketiga pesan itu dari Mayva, Sania, dan Vanya, teman sekolahku. Mereka membalas video promosiku yang aku unggah di internet. Pesan itu langsung aku baca satu per satu.
Pesan dari Mayva, “Halina! Bukannya, barang yang kamu jual itu adalah stiker buatan Allendra?”
Pesan dari Sania, “Hai, Halina! Maaf, walaupun lebih murah, stiker itu buatan Allendra.”
Pesan dari Vanya, “Kamu enggak jual yang lain? Karena, aku sudah beli melalui Allendra.”
Seketika, air mataku menggenang di pelupuk. Mereka membeli stiker yang dijual Allendra dan mereka mengira bahwa stiker itu buatannya! Aku langsung panik dan tak bisa memikirkan solusi permasalahan itu.
“Seperti itu, ya, perbuatan Allendra? Tega sekali!” kataku pelan tapi tajam, sangat tidak mengira hal itu akan terjadi.
Stikerku hanya dibeli Allendra. Teman-temanku mengira bahwa aku yang menduplikasi dan menjual kembali stiker buatan Allendra. Sekarang, stiker yang dijual Allendra itu laris, dan tidak ada yang membeli langsung kepadaku. Akhirnya sedikit demi sedikit aku bisa tahu jalan rencana Allendra.
“Kalau begitu, sekarang, kamu harus berani berbicara kepada Allendra dan memberi tahu kesalahannya!” Farren memberi saran dengan tegas. Farren belum juga menutup pembicaraan di panggilan video itu.
Aku pun, mulai menulis pesan untuk Allendra. Pesan itu bertuliskan:
Hai, Allendra. Maaf, mengapa kamu menjual stikerku dengan harga yang lebih mahal dan kamu mengaku bahwa stiker itu adalah hasil buatanmu sendiri?
Aku langsung menuju inti pembicaraan. Tak lama kemudian, Allendra pun, membalas pesanku.
Pesan dari Allendra, “Foto itu di internet, sudah kuhapus, karena hari ini sudah habis terjual semuanya.” Hanya pesan singkat yang diberikan Allendra, tidak ada permintaan maaf. Aku terus menangis, dan berpikir akan terjadi sesuatu yang lebih sulit ke depannya.
“Halina, kamu harus semangat! Tidak mudah untuk menjadi seorang entrepreneur. Harus selalu jeli agar bisa terus berkembang. Harus selalu menuangkan ide agar bisa terus berkarya. Bahkan, kritik dan cobaan adalah salah satu bagian dari sesuatu yang akhirnya bisa kamu hasilkan. Namun, jangan mencoba untuk melupakan, karena itulah alasan adanya kesuksesan.” Kalimat dari Farren, membuatku terkesan, dan mencoba bangkit lagi.
Kalau begitu, aku tidak boleh menyerah! Aku harus membuat karya baru lagi! Aku mulai bersemangat, sambil menyeka air mata yang membasahi pipiku.
Aku ingin menjual painting kit. Aku akan mendesain kamar estetik yang aku inginkan. Lalu, dicetak di atas kanvas dalam kondisi tanpa warna. Aku akan menjual satu paket bersama cat dan kuas berbagai ukuran agar pembeli bisa mencatnya sesuai keinginan. Aku langsung menceritakan ide baruku. Farren pun, menyetujuinya.
Kami berdua sibuk menjalankan ide baru itu. Aku dan Farren sangat kompak. Padahal, kami hanya berbicara melalui panggilan video saja.
Beberapa jam kemudian.
“Asyik, sudah jadi! Kita mencetak tiga puluh kanvas dulu, ya! Untuk harganya, sudah sepakat Rp60.000 tiap paket,” kata Farren.
Akhirnya, solusi ini bisa diselesaikan! Tak disangka, setelah lima menit diunggah, pembeli mulai berdatangan memesan produk baruku. Banyak notifikasi yang muncul dari ponselku.
“Wah, baru lima menit, sudah ada enam belas orang yang memesan. Alhamdulillah!” ujar Farren sambil melihat daftar pesanan. Aku mulai mengemas pesanan pembeli agar bisa segera dikirim. Farren pun membantu untuk mencatat pesanan.
Beberapa jam kemudian, aku dan Farren mulai letih, dan memutuskan untuk beristirahat sejenak. Aku membuka ponselku. Tapi, di halaman beranda internet, aku melihat Allendra mengunggah foto produk baruku! Aku sangat tidak menyangka jika Allendra mengulang perbuatannya. Aku harus bicara langsung kepada Allendra, agar produk baruku tidak disalahgunakan lagi! Aku mulai emosi, takut kejadian itu terulang lagi. Namun, saat aku membuka pesan yang masuk di ponselku, ada pesan dari Allendra.
Pesan dari Allendra, “Hai, Halina! Aku minta maaf. Sekarang, aku merasa bersalah dengan perbuatanku saat itu. Aku mengunggah produk barumu untuk aku promosikan, sebagai permintaan maaf. Kita masih tetap menjadi teman baik, kan? Semangat, ya! Semoga bisnismu sukses dan membawa hasil yang memuaskan!”
Ternyata, Allendra ingin membantu bisnisku dengan mempromosikan produk baruku. Aku mulai tergugah. Saat ini aku hanya menjual barang sederhana, semoga nantinya, bisa merambah ke pembuatan barang lainnya.
“Halina! Produk barumu sudah habis terjual! Kamu sudah mendapatkan Rp1.800.000 rupiah!” Farren memberi berita bahagia tentang bisnisku. Alhamdulillah! Aku tidak menyangka bahwa produkku akan habis secepat itu.
Besok adalah hari Minggu, aku tidak sabar untuk mulai mendesain produk baru yang akan aku buat nantinya. Namun tiba-tiba, mama menuju kamarku dan mendatangiku.
“Karena hari ini mama libur kerja, kamu ikut mama ke suatu tempat, ya!” kata mama tanpa memberi tahu tempat yang akan dikunjungi. Aku mengangguk.
Aku dan mama pergi menggunakan mobil, tanpa aku tahu tujuannya. Beberapa menit kemudian, mama memarkir mobilnya di depan swalayan khusus menjual furnitur. Aku mulai heran, mengapa mama mengajakku ke tempat ini? Sebelumnya, aku berpikir bahwa mama akan mengajakku belanja bulanan.
“Silakan berbelanja! Kamu sudah menghasilkan uang sendiri, sekarang kamu harus mewujudkan impianmu, mendekorasi kamar!” kata mama.
Aku sangat bingung. Sejak kapan mama tahu bahwa aku memiliki tabungan dari hasil berjualan? Aku akan pikirkan nanti, sekarang saatnya untuk merealisasikan impianku. Beberapa jam kemudian, aku sudah membawa keranjang berisi barang pilihanku. Aku dan mama langsung menuju kasir untuk membayar barang itu. Sesampainya dirumah, aku langsung mendekorasi kamarku. Saat semua dekorasi sudah terpasang, aku sangat senang dan terharu.Kita harus bisa menikmati perjalanan dalam proses. Agar banyaknya cobaan dalam proses itu seperti terlewatkan dan menciptakan proses yang indah. Apa yang dilihat belum tentu menggambarkan apa yang asli dan apa yang ada. Akan ada sesuatu atau hal besar yang terjadi ke depannya. Walaupun ada hambatan, yang terpenting, mencoba hal besar yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Suatu saat nanti, bisnis kecil itu akan sukses dan dapat bersaing dengan bisnis lainnya. Terimakasih untuk Farren dan Allendra. Semoga, selalu ada ‘Aesthetical Process’ untuk menuju sukses.
BIODATA PENULIS

Halo! Aku Diandra Kalisa Putri, bisa dipanggil Diandra. Saat ini aku berusia 12 tahun, aku lahir pada tanggal 22 Agustus 2008.